Site Network: Lembaga Publikasi Uniflor |

 



Majalah Ilmiah INDIKATOR, Volume XIII, Nomor 1, Maret 2011


TINGKAT KEMAMPUAN MENGAJAR
 GURU MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SMA/MA
DI KABUPATEN ENDE

Oleh Yosef Moan
Program Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP, Universitas Flores,
Jln. Sam Ratulangi, Ende, Flores, Telepon 081339381258


Abstract
 The Teaching Capability of SMA/MA Economics Teachers and Its Related Factors in Ende Regency East Nusa Tenggara. This study aims to obtain information about teachers’ teaching capability and its related factors in Ende Regency East Nusa Tenggara. The aspects under study include the relationships between: 1) educational levels, 2) educational types, 3) terms of service ,4) the mastery of economics materials, and 5) the electronic media exposure with the teaching capability of economics teachers. This study was a survey involving a population comprising 56 economics teachers in SMAs/Mas in Ende Regency East Nusa Tenggara. The sample consisted of 15 economics teachers in Grade XI. The sample was selected using the quota sampling technique by involving one teacher from each school. The instruments employed in the study included an obsevation sheet and a questionaire. The instrument validation was conducted through expert judgment. The data were analyzed by means of the quantitative descriptive technique. The results of the study show that the teaching capability of economics teacher in Ende Regency is related to education levels, education types, mastery of economics materials, and electronic media exposure. This means that teacher with high teaching capability are those holding the S1 degree in economics education, having good mastery of economics materials, and having electronic media exposure indicated by frequent use of the internet for a variety of purposes. However, terms of service are not related to teachers’ teaching capability.
Key word
The teaching capability and in related factors.

PENDAHULUAN
Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan disadari kebenaran sebuah pernyataan yang tak bisa dibantah bahwa salah satu kunci kebehasilan pendidikan  adalah mempersiapkan dan menciptakan gugu-guru yang profesional, yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk merencanakan pendidikan di masa depan  (Zamroni, 2000: 55). Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu adanya kesadaran setiap guru untuk secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar kualitasnya  sebagai seorang guru sekaligus pendidik dapat dipertanggungjawabkan.
Tugas dan tanggung jawab guru tak dapat disangkal, seiring sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengikuti dan menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat (Kunanandar, 2007: 37). Dalam pengertian, dengan melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan baik, guru dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan yang tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena keberhasilan pendidikan antara lain ditentukan oleh peranan guru. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian hasil pembelajaran dan program tindak lanjut guna mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan mengelola proses pembelajaran yang diisyaratkan merupakan kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup komponen/domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai upaya mempelajari sesuatu, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan  prosaes penilaian hasil pembelajaran  dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran.
Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, hendaknya diupayakan pemberdayaan peserta didik secara aktif, di mana pembelajaran bukan hanya menekankan pada penguasaan pengetahuan yang diajarkan, tetapi lebih ditekankan pada internalisasi pengetahuan yang diajarkan sehingga bermanfaat sebagai muatan nurani, dihayati, dan  dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari para peserta didik. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengajar guru berpengaruh besar terhadap keberhasilan  para peserta didik.
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses pembelajaran memiliki multiperan. Dikatakan demikian karena guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dan memiliki seperangkat keterampilan teknis mengajar, namun lebih dari itu guru dituntut untuk menampilkan kepribadian dan sikap  yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 39 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Profesional merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian dan kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memiliki pendidikan profesi.
Pelaksanaan pendidikan yang diharapkan melalui proses pembelajaran semua bidang ilmu pengetahuan, harus disusun dan diakomodasikan dengan mempertimbangkan adanya ketiga komponen/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.  Ketiga komponen ini merupakan penekanan utama dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adanya keseimbangan ketiga komponen tersebut diharapkan dapat menghasilkan output pendidikan yang mampu mengatasi tantangan perubahan dan penyesuaian diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta kemajuan masyarakat. Demikian pula halnya dengan pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi mempunyai misi yang sama guna  mencapai ketiga komponen/domain tersebut di atas, dikembangkan melalui proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Ekonomi pada SMA/MA telah terlaksana meskipun masih ada kekurangan  di sana-sini. Oleh sebab itu, guru harus mampu merencanakan pengembangan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Dalam kenyataanya selama ini, proses pembelajaran yang terjadi, guru cenderung terfokus hanya pada upaya menstransfer materi ilmu pengetahuan (materi pelajaran) kepada para peserta didik.  
Penelitian yang dilakukan ini mencoba menelusuri dan mengungkapkan masalah-masalah yang dialami oleh  para guru Mata Pelajaran Ekonomi dan mencari jelan keluar sebagai solusi guna mengatasi kekurangan-kekurangan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, harapannya ke depan guru tidak menempatkan peserta didik sebagai obyek yang hanya mengikuti saja pendekatan yang bersifat konvesional, di mana pembelajaran hanya mampu menguasai materi pembelajaran tersebut.
Berdasarkan data yang ada,  jumlah guru Mata Pelajaran Ekonomi  pada SMA/MA di Kabupaten Ende sebanyak 56 orang. Rinciannya, 40 orang sarjana dan 16 orang non-sarjana. Ke-40 orang sarjana tersebut, 25 orang Sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd.) dan 15 orang Sarjana Ekonomi (S.E.) dan Diploma/A.Md. Dengan variasi latar belakang pendidikan  kesarjanaan yang dimiliki para guru Mata Pelajaran Ekonomi tersebut sedikit-banyak menggambarkan kepada kita tingkat kemampuan mengajar guru ekonomi berbeda-beda  sehingga proses pelaksanaan pembelajaran di kelas  tidak  sesuai dengan yang diharapkan.
Kemampuan mengajar para guru adalah kemampuan mengakomodasikan situasi yang dapat dijadikan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Karena itu,  mengajar tidak harus terikat pada ruang dan tempat serta  waktu. Hal ini bermaksud agar para guru memberikan pelayanan kepada para siswa dilakukan kapan dan di mana saja selama situasi  pembelajaran memungkinkan.
Saekhan Muchith (2008: 98-99) mengemukakan, kemampuan teknik yang dimilki guru sebagai berikut: Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran, kemampuan dalam melaksanakan pengajaran yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan evaluasi pengajaran secara tepat. Dalam upaya membina kemampuan dan kepribadian para guru agar memiliki citra diri yang positif sebagai pendidik yang profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, maka guru seyogianya memiliki kemampuan-kemampuan sebagaimana yang disyaratkan, seperti kompetensi dan keprofesionalan.
Kompetensi merupakan dasar yang harus dimiliki para guru berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai  dalam mengembangkan keprofesionalan, yang tercermin dalam peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang yang semakin kompleks. Djemari Mardapai, dkk. (Muslich, 2007: 15) mengatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan dan keterampilan, dan penerapan kedua komponen tersebut dalam melaksanakan tugas di lapangan. Rumusan tersebut mengandung pengertian bahwa pada hakekatnya dunia indrustri dapat menentukan standar kompetensi lulusan berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh seseorang agar memiliki kompetensi  memasuki dunia kerja,  mengingat dunia usaha dan indrustrilah yang memanfaatkan hasil tamatan sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan  sehingga terjadi perubahan  perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari peserta didik itu sendiri maupun faktor eksternal yang datang dari luar.  Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar dapat menunjang terjadinya perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survai (pengamatan lapangan). Penelitian survai dilakukan untuk memperoleh informasi  terkait kemampuan mengajar para guru Mata Pelajaran Ekonomi, dengan berfokus pada kelas atau melihat langsung proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Penelitian ini dilakukan pada semua SMA /MA di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode deskripstif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA/MA se-Kabupaten Ende sebanyak 56 orang. Sebagai sampel penelitian diambil 15 guru Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI.  Teknik pengambilan sampel dilakukan secara kuota sampling, yaitu  satu orang guru  ekonomi dari  setiap SMA/MA.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket, observasi, dan dokumentasi. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sedangkan observasi  dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis  gejala-gejala yang diselidiki, sementara teknik dokumentasi berupa mengumpulkan berbagai dokumen yang ada pada guru-guru pengampu Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI  pada SMA/MA se-Kabupaten Ende.
Skor observasi terstruktur dibuat dengan Checklist  (tidak baik = TB, kurang baik = KB, cukup baik = CB, baik = B, dan amat baik = AB). Kriteria penilaian untuk observasi sebagai berikut : TB = 0, KB = 1, CB = 2, B = 3, dan AB = 4. Sedangkan kriteria penilaian untuk angket bersifat tertutup, dengan menggunakan Skala Likert (sangat tidak setuju = STS, tidak setuju = TS, ragu-ragu = R, setuju = S, sangat setuju = SS).  Nilai atau skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : STS = 0, TS = 1, R = 2, S = 3, SS = 4.
Instrumen yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar data yang dikumpulkan bisa valid dan reliabel. Validitas instrumen dilakukan adalah validitas konstruksi (contruct validity) dan validitas isi (content validity). Validitas konstruk dilakukan dengan meminta pendapat ahli (experts judgment) untuk memberikan pendapat, merivisi, maupun merombak total instrumen yang disusun. Validitas isi dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi yang dikembangkan dari kajian teori, kemudian dilakukan uji coba dengan melakukan diskusi bersama 4 orang guru ekonomi yang ada  di SMA/MA di Kabupaten Ende untuk mendapatkan masukan terutama menyangkut kebenaran dan pemahaman terhadap isi pertanyaan maupun kata-kata yang digunakan dalam instrumen tersebut.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dimaknai dengan baik dan mendekati kebenaran, peneliti ini berusaha agar data-data penelitian memenuhi kriteria keabsahan data. Dalam hal ini, keabsahan data peneliti menggunakan kriteria kredibilitas yang dijelaskan oleh Sugiyoyno (2007: 368) bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan data, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, dan diskusi dengan teman sejawat.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing-masing komponen yang dievaluasi kemudian dianalisis secara kuantitatf dan kualitatif. Langkah-langkah analisis meliputi (1)  menghitung skor (tertingi dan terendah) pada masing-masing komponen; (2) menghitung  rerata skor masing-masing komponen atau mean ideal; (3) menentukan penilaian.
Dalam analisis untuk memperoleh gambaran tentang keterkaitan jenjang pendidikan, jenis pendidikan, masa kerja, penguasaan materi pelajaran ekonomi, dan keterpakaian media elektronik terhadap kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi yang bersangkutan, dapat dicari dengan cara menjumlahkan skor observasi dan angket dari setiap komponen yang dibuat guru, lalu dibagi dua,  kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian.
Dalam penelitian ini jumlah butir observasi sebanyak 20 butir soal dengan skala 0–4, dengan rentangan skor yang diperoleh adalah 0 – 80. Kemudian skor yang dicapai oleh setiap responden diubah ke dalam skala 0 – 100 dengan rumus skor yang dicapai responden dibagikan dengan skor maksimum dikalikan seratus. Angket yang digunakan terdiri dari Angket A sebanyak 40 butir pertanyaan sehingga rentang skor yang diperoleh adalah 0-160. Kemudian skor yang dicapai oleh setiap responden diubah ke dalam skala 0–100 dengan rumus skor yang dicapai responden dibagikan dengan skor maksimum dikalikan seratus, kemudian skor ini yang dicocokkan dengan kriteria penilaian untuk menentukan tingkat kemampuan seorang guru. Angket B sebanyak 10 pertanyaan sehingga rentangan skor adalah 0-40 kemudian skor yang dicapai responden dibagikan dengan skor maksimum dikalikan seratus. Sedangkat Angket C sebanyak 5 pertanyaan sehingga skor adalah 0 – 20 kemudian skor yang dicapai setiap responden dibagi dengan skor maksimum dikalikan seratus.
Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan tingkat kemampuan mengajar guru sebagai berikut :
34    -  33   =  Rendah
35     -  67  =  Sedang
68     -  100  = Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Tingkat Kemampuan Mengajar Guru Mata Pelajaran Ekonomi
Secara umum, hasil analisis tingkat kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok  kemampuan tinggi 40 % atau 6 orang, sedangkan kemampuan sedang 60 % atau 9 orang, dan tidak ada yang berkemampuan rendah atau  0 %. Hal ini ditunjukkan dengan skor total pada Tabel 1 berikut:
Tabel  1
                Tingkat Kemampuan Mengajar Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA 
             Kategori
Frekuensi
%
Tinggi
67  -  100
  6
40
Sedang
34  -  66
9
60
Rendah
0  -  33
0
0

Hasil analisis tingkat kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende yang terdiri atas 15 responden menunjukkan bahwa guru ekonomi yang berkemampuan tinggi sebagian kecil,  yaitu 6 orang atau 40 %. Ini dapat diartikan bahwa ada upaya sekolah maupun guru untuk memenuhi semua aspek yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Sebaliknya,  masih banyak guru yang berkemampuan sedang,  yaitu 9 orang atau 60 %.  Keadaan ini berarti masih ada sebagian besar guru Mata Pelajaran Ekonomi yang kurang mampu mempersiapkam secara baik hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, baik berupa perangkat pembelajaran, seperti penyusunan program pembelajaran, perangkat penilian hasil pembelajaran,  maupun persiapan materi untuk action class  (pelaksanaan pembelajaran).
2.      Keterkaitan Jenjang Pendidikan dan Tingkat Kemampuan Guru.
Tabel 2 ini merupakan kriteria penilaian guru-guru pengampu Mata Pelajaran Ekonomi baik berpendikdikan Sarjana maupun Diploma/A.Md.
                                                             Tabel 2
Keterkaitan Jenjang Pendidikan dan Kemampuan Guru
           Tingkat Kemampuan
Jenjang Pend

Tinggi

Sedang

Jumlah
 S1 
(%)

  6
       (42,86)
8
       (57,14)
14 
       (100 )
D3
          (%)
  0
1
        (100)
 1 
       (100)

Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru-guru yang mengajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI terdiri atas guru yang berjenjang S1 dan S0. Dari kenyataan ini 15 responden:  terdapat 14 orang (93,33 %) berjenjang S1; dan 1 orang (6.67%) berjenjang S0. Dari 14 yang berjenjang S1; 6 orang (42,86%) berkemampuan tinggi  berarti guru tersebut dapat melaksanakan semua aspek sebagai indikator dalam kegiatan pembelajaran; dan 8 orang (57,14%) berkemampuan sedang berarti guru tesrsebut kurang memahami terhadap aspek-aspek pembelajaran. Sedangkan guru yang berjenjang pendidikan S0  sebanyak 1 orang mempunyai kemampuan mengajar sedang.
3.  Keterkaitan Jenis Pendidikan dan Tingkat Kemampuan
Guru-guru pengampu Mata Pelajaran Ekonomi tidak semua sarjana pendidikan, tetapi ada guru yang sarjana non-pendidikan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
      Tabel 3
Keterkaitan Jenis Pendidikan dan Kemampuan Guru
Tingkat Kemampuan
Jenis pendidikan

Tinggi

Sedang

Jumlah
     Kependidikan 
   (%)
     6
(54,55)
   5
(45,45)
   11 
 (100)
   Non     Kependidikan 
  (%)
   
  0
   4
(100)
   4
 (100)

Temuan penelitian menunjukkan  bahwa guru-guru yang mengajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI sebagiannya terdiri dari guru yang sesuai dengan spesifikasi pendidikan atau sarjana pendidikan dan non-kependidikan.  Dari 15 responden, terdapat 11 orang Sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd.) dan 3 orang Sarjana Ekonomi (S.E.) non- kependidikan dan seorang  Diploma/A.Md.
Guru sebagai pelaksana pembelajaran, agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik diharapkan menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran seperti: menyusun program pembelajaran, pelaksanaaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran, sebab sukses tidaknya proses pembelajaran sangat dipengarui oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikannya dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan mengajar guru tersebut terutama yang behubungan dengan kegiatan pembelajaran, serta tugas-tugas yang dibebankan/dipercayakan  kepadanya, karena tidak jarang kegagalan penddidikan di sekolah disebabkan oleh kurangnnya pemahaman guru terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengajar guru dalam kegiatan pembelajaran sangat penting. Untuk itu, kemampuan mengajar guru perlu ditingkatkan agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende dalam pelaksanaan pembelajaran, berada pada kriteria berkemampuan sedang  60% walaupun ada sebagian guru (40%) berkemampuan tinggi. Guru yang berkemampuan tinggi (40%) tersebut semuanya berijasah Sarjana Pendidikan Ekonomi, baik yang bermasa kerja senior maupun yunior. 
Dengan demikian,  dapat dikatakan bahwa faktor latar belakang  jenis pendidikan lebih banyak menentukan kualitas seorang guru dalam mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran maupun kemampuan pengelolaan atau action class dalam pembelajaran. Hal ini dapat diartikan bahwa kemampuan dan pemahaman guru terhadap penyusunan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran berkriteria sedang. Belum semua guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, meskipun terdapat sebagian guru yang telah memahamai dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dari temuan penelitian ini dapat direkomendasikan agar dalam merekrut tenaga kependidikan (guru), yang dari sarjana non-kependidikan perlu dipertimbangkan atau ditiadakan  pada masa mendatang.
4.         Keterkaitan Masa Kerja dan Kemampuan Mengajar Guru
Kemampuan mengajar guru tidak hanya dipengaruhi jenjang dan jenis pendidikan, tetapi dipengaruhi oleh masa kerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4
                                       Keterkaitan Masa Kerja dan Kemampuan Guru
Tingkat Kemampuan
Masa kerja/orang

Tinggi

Sedang
     
      Jumlah
    1 - 10 tahun
 (%)
    2
(33,33)
     4
 (66,67)
 6
       (100)
   11  -  20 tahun
 (%)
   1
 (20)
     4
    (80)
 5
       (100)
   21  -  30 tahun
       (%)
   3
 (75)
      1
    (25)
 4
      (100)

Hasil analisis masa kerja guru menunjukkan bahwa guru yang memiliki kemampuan tinggi dengan masa kerja 1-10 tahun adalah  2 orang (33,33%), 11–20 tahun adalah 1 orang (20%) dan 21-30 tahun adalah 3 orang (75%). Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja juga turut berpengaruh terhadap tingkat kemampuan mengajar guru. Ini berarti pula bahwa faktor masa kerja dapat diandalkan untuk menentukan kemampuan mengajar guru, selain faktor jenjang pendidikan dan jenis pendidikan.
Upaya yang harus dilakukan oleh sekolah maupun instansi pendidikan terkait dalam meningkatkan kemampuan mengajar para guru mata pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) atau pelatihan-pelatihan dan penataran sebagai penyegaran dalam memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, terutama bagi guru-guru yang bermasa kerja baru atau belum senior.
Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan adanya keterbatasan fasilitas sebagai penunjang proses pembelajaran, juga guru yang kurang adanya kemauan dan motivasi untuk maju, sumber pembelajaran  atau media kurang memadai, yang berdampak kurang terlaksananya pembelajaran dengan baik.
  1. Keterkaitan Penguasaan Materi Ekonomi dengan Kemampuan Mengajar Guru
Untuk dapat mengetahui tentang penguasaan materi mata pelajaran ekonomi yang dimiliki oleh guru Mata Pelajaran  Ekonomi tingkat SMA/MA di kabupaten Ende, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
                                                           Tabel 5
                    Keterkaitan Penguasaan Materi Ekonomi dan Kemampuan Mengajar Guru
Tingkat Kemampuan
Penguasaan Materi

Tinggi

Sedang

Jumlah
Tinggi
  (%)
    9
 (100)
   0
   9
(100)
Sedang
  (%)
    0
   6
(100)
   6
(100)

Hasil analisis  menunjukkan bahwa guru yang penguasaan materi  ekonomi tinggi 9 orang atau  100%, sedangkan guru yang penguasaan materi ekonomi sedang 6 orang atau 100%. Hal ini berarti penguasaan materi ekonomi dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran karena guru yang penguasaan materi ekonomi baik akan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sebaliknya,  guru yang penguasaan materi ekonomi kurang baik akan menghasilkan pembelajaran yang kurang baik pula.
Dari 9 orang guru yang mempunyai kemampuan menguasai materi ekonomi tinggi dikarenakan memiliki latar belakang ijazah sarjana pendidikan ekonomi dan kesanggupan yang ada pada diri guru itu sendiri, juga memiliki bakat sebagai guru. Sedangkan 6 orang guru yang mempunyai kemampuan menguasai materi ekonomi sedang dikarenakan latar belakang non-kependidikan serta kurangnya memiliki pengalaman mengajar serta kurang memiliki mental  ingin maju dan berubah.
  1. Keterkaitan Keterpakaian Media Elektronik dan Kemampuan Mengajar Guru
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan media elektronik dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.          
                                                        Tabel 6
           Keterkaitan Keterpakaian  Media Elektronik dan Kemampuan Mengajar Guru
Tingkat Kemampuan
Keterpaan Media

Tinggi

Sedang

Jumlah
Sedang
  (%)
    5
 (100)
    0
   5
 (100)
Rendah
  (%)
    0
   10
 (100)
  10
(100)

Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa guru yang mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media elektronik, dengan kategori sedang 5 orang atau (100%) dan rendah 10 orang atau (100%). Hal tersebut dikarenakan sekolah tidak memiliki media elektronik (internet) di sekolah sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Banyak guru yang belum tahu mengoperasikan internet, juga kurang kreatif, inisiatif, dan kurangnya kemauan  dari pihak guru itu sendiri untuk maju, serta sumber belajar atau media lainnya kurang  memadai, maka proses pembelajaran kurang terlaksana dengan baik.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1)   Tingkat kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Ende dari 56 guru yang diteliti berkemampuan sedang dengan rerata skor yang diperoleh adalah 50,17.
(2)   Terdapat keterkaitan antara jenjang pendidikan dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi di Kabupaten Ende.
(3)   Terdapat keterkaitan antara jenis pendidikan dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi.
(4) Tidak terdapat keterkaitan antara masa kerja dengan kemampuan mengajar guru     Mata Pelajaran Ekonomi.
(5) Terdapat keterkaitan antara penguasaan materi ekonomi dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi.
(6) Terdapat keterkaitan antara keterpakaian media elektronik dengan kemampuan mengjar guru Mata Pelajaran Ekonomi.

DAFTAR  PUSAKA

Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi. Bandung:  PT Remaja Rosdakarya.
Abdul Aziz Wahab. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Badung: Alfabeta.
Azhar Arsyad. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta:  PT. Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta:  Depdiknas.
Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:  Persada Media Group.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidiknan Masa Depan. Yogyakarta: Biograf Publishing. * 

posted by Jurnal Online Uniflor @ 19.42,

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home