Majalah Ilmiah INDIKATOR, Volume XIII, Nomor 1, Maret 2011
Selasa, 17 April 2012
TINGKAT KEMAMPUAN MENGAJAR
GURU MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SMA/MA
DI KABUPATEN ENDE
Oleh Yosef Moan
Program
Studi Pendidikan Ekonomi, FKIP, Universitas Flores,
Jln.
Sam Ratulangi, Ende, Flores, Telepon 081339381258
Abstract
The Teaching Capability of SMA/MA Economics Teachers and Its
Related Factors in Ende Regency East Nusa Tenggara. This study aims to obtain
information about teachers’ teaching capability and its related factors in Ende
Regency East Nusa Tenggara. The aspects under study include the relationships
between: 1) educational levels, 2) educational types, 3) terms of service ,4)
the mastery of economics materials, and 5) the electronic media exposure with
the teaching capability of economics teachers. This study was a survey
involving a population comprising 56 economics teachers in SMAs/Mas in Ende
Regency East Nusa Tenggara. The sample consisted of 15 economics teachers in
Grade XI. The sample was selected using the quota sampling technique by
involving one teacher from each school. The instruments employed in the study
included an obsevation sheet and a questionaire. The instrument validation was
conducted through expert judgment. The data were analyzed by means of the
quantitative descriptive technique. The results of the study show that the
teaching capability of economics teacher in Ende Regency is related to
education levels, education types, mastery of economics materials, and
electronic media exposure. This means that teacher with high teaching
capability are those holding the S1 degree in economics education, having good
mastery of economics materials, and having electronic media exposure indicated
by frequent use of the internet for a variety of purposes. However, terms of
service are not related to teachers’ teaching capability.
Key
word
The
teaching capability and in related factors.
PENDAHULUAN
Dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan disadari
kebenaran sebuah pernyataan yang tak bisa dibantah bahwa salah satu kunci
kebehasilan pendidikan adalah mempersiapkan dan menciptakan gugu-guru
yang profesional, yang memiliki kekuatan dan tanggung jawab yang baru untuk
merencanakan pendidikan di masa depan (Zamroni, 2000: 55). Untuk mencapai
tujuan tersebut, perlu adanya kesadaran setiap guru untuk secara terus-menerus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan agar kualitasnya sebagai
seorang guru sekaligus pendidik dapat dipertanggungjawabkan.
Tugas dan tanggung jawab guru tak dapat disangkal, seiring
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai
komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengikuti dan
menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam
masyarakat (Kunanandar, 2007: 37). Dalam pengertian, dengan melaksanakan proses
pembelajaran di kelas dengan baik, guru dapat menghasilkan peserta didik yang
memiliki kemampuan yang tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh
keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran di kelas perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting
karena keberhasilan pendidikan antara lain ditentukan oleh peranan guru. Guru
mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai dengan penilaian hasil pembelajaran dan program tindak
lanjut guna mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan mengelola proses
pembelajaran yang diisyaratkan merupakan kesanggupan atau kecakapan guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup komponen/domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebagai upaya
mempelajari sesuatu, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
prosaes penilaian hasil pembelajaran dan tindak lanjut agar
tercapai tujuan pengajaran.
Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang efektif, hendaknya
diupayakan pemberdayaan peserta didik secara aktif, di mana pembelajaran bukan
hanya menekankan pada penguasaan pengetahuan yang diajarkan, tetapi lebih
ditekankan pada internalisasi pengetahuan yang diajarkan sehingga bermanfaat
sebagai muatan nurani, dihayati, dan dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari para peserta didik. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kemampuan
mengajar guru berpengaruh besar terhadap keberhasilan para peserta didik.
Guru sebagai salah satu unsur dalam proses pembelajaran
memiliki multiperan. Dikatakan demikian karena guru memiliki tugas dan tanggung
jawab yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, di mana guru tidak
hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dan memiliki
seperangkat keterampilan teknis mengajar, namun lebih dari itu guru dituntut
untuk menampilkan kepribadian dan sikap yang mampu menjadi teladan bagi
peserta didik.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada Pasal 39 Ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Profesional merupakan
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian dan kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memiliki pendidikan profesi.
Pelaksanaan pendidikan yang diharapkan melalui proses
pembelajaran semua bidang ilmu pengetahuan, harus disusun dan diakomodasikan
dengan mempertimbangkan adanya ketiga komponen/domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Ketiga komponen ini merupakan penekanan utama dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adanya keseimbangan ketiga komponen
tersebut diharapkan dapat menghasilkan output pendidikan yang mampu mengatasi
tantangan perubahan dan penyesuaian diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern serta kemajuan masyarakat. Demikian pula halnya dengan
pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi mempunyai misi yang sama guna
mencapai ketiga komponen/domain tersebut di atas, dikembangkan melalui
proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru Mata Pelajaran Ekonomi
pada SMA/MA telah terlaksana meskipun masih ada kekurangan di sana-sini.
Oleh sebab itu, guru harus mampu merencanakan pengembangan program
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Dalam
kenyataanya selama ini, proses pembelajaran yang terjadi, guru cenderung
terfokus hanya pada upaya menstransfer materi ilmu pengetahuan (materi
pelajaran) kepada para peserta didik.
Penelitian yang dilakukan ini mencoba menelusuri dan
mengungkapkan masalah-masalah yang dialami oleh para guru Mata Pelajaran
Ekonomi dan mencari jelan keluar sebagai solusi guna mengatasi
kekurangan-kekurangan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,
harapannya ke depan guru tidak menempatkan peserta didik sebagai obyek yang
hanya mengikuti saja pendekatan yang bersifat konvesional, di mana pembelajaran
hanya mampu menguasai materi pembelajaran tersebut.
Berdasarkan data yang ada, jumlah guru Mata Pelajaran
Ekonomi pada SMA/MA di Kabupaten Ende sebanyak 56 orang. Rinciannya, 40
orang sarjana dan 16 orang non-sarjana. Ke-40 orang sarjana tersebut, 25 orang
Sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd.) dan 15 orang Sarjana Ekonomi (S.E.) dan
Diploma/A.Md. Dengan variasi latar belakang pendidikan kesarjanaan yang
dimiliki para guru Mata Pelajaran Ekonomi tersebut sedikit-banyak menggambarkan
kepada kita tingkat kemampuan mengajar guru ekonomi berbeda-beda sehingga
proses pelaksanaan pembelajaran di kelas tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Kemampuan mengajar para guru adalah kemampuan
mengakomodasikan situasi yang dapat dijadikan proses pembelajaran yang
menyenangkan bagi peserta didik. Karena itu, mengajar tidak harus terikat
pada ruang dan tempat serta waktu. Hal ini bermaksud agar para guru
memberikan pelayanan kepada para siswa dilakukan kapan dan di mana saja selama situasi
pembelajaran memungkinkan.
Saekhan Muchith (2008: 98-99) mengemukakan, kemampuan teknik
yang dimilki guru sebagai berikut: Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran,
kemampuan dalam melaksanakan pengajaran yang terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan evaluasi pengajaran secara tepat.
Dalam upaya membina kemampuan dan kepribadian para guru agar memiliki citra
diri yang positif sebagai pendidik yang profesional dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, maka guru seyogianya memiliki kemampuan-kemampuan
sebagaimana yang disyaratkan, seperti kompetensi dan keprofesionalan.
Kompetensi merupakan dasar yang harus dimiliki para guru
berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai dalam
mengembangkan keprofesionalan, yang tercermin dalam peran dan tanggung jawab
guru pada masa mendatang yang semakin kompleks. Djemari Mardapai, dkk.
(Muslich, 2007: 15) mengatakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara
pengetahuan dan keterampilan, dan penerapan kedua komponen tersebut dalam
melaksanakan tugas di lapangan. Rumusan tersebut mengandung pengertian bahwa
pada hakekatnya dunia indrustri dapat menentukan standar kompetensi lulusan
berupa pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh seseorang agar
memiliki kompetensi memasuki dunia kerja, mengingat dunia usaha dan
indrustrilah yang memanfaatkan hasil tamatan sekolah.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan
prilaku-prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor
yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari peserta didik itu
sendiri maupun faktor eksternal yang datang dari luar. Oleh sebab itu,
dalam pelaksanaan pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar dapat menunjang terjadinya perubahan perilaku
dan pembentukan kompetensi peserta didik.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian survai (pengamatan
lapangan). Penelitian survai dilakukan untuk memperoleh informasi terkait
kemampuan mengajar para guru Mata Pelajaran Ekonomi, dengan berfokus pada kelas
atau melihat langsung proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Penelitian ini
dilakukan pada semua SMA /MA di Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode deskripstif
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Mata Pelajaran
Ekonomi di SMA/MA se-Kabupaten Ende sebanyak 56 orang. Sebagai sampel
penelitian diambil 15 guru Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI. Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara kuota sampling, yaitu satu orang guru
ekonomi dari setiap SMA/MA.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik angket,
observasi, dan dokumentasi. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Sedangkan observasi dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki, sementara
teknik dokumentasi berupa mengumpulkan berbagai dokumen yang ada pada guru-guru
pengampu Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI pada SMA/MA se-Kabupaten Ende.
Skor observasi terstruktur dibuat dengan Checklist
(tidak baik = TB, kurang baik = KB, cukup baik = CB, baik = B, dan amat
baik = AB). Kriteria penilaian untuk observasi sebagai berikut : TB = 0, KB =
1, CB = 2, B = 3, dan AB = 4. Sedangkan kriteria penilaian untuk angket
bersifat tertutup, dengan menggunakan Skala Likert (sangat tidak setuju = STS,
tidak setuju = TS, ragu-ragu = R, setuju = S, sangat setuju = SS). Nilai
atau skor untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah : STS = 0, TS = 1, R = 2,
S = 3, SS = 4.
Instrumen yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas agar data yang dikumpulkan bisa valid dan reliabel. Validitas
instrumen dilakukan adalah validitas konstruksi (contruct validity) dan
validitas isi (content validity). Validitas konstruk dilakukan dengan
meminta pendapat ahli (experts judgment) untuk memberikan pendapat,
merivisi, maupun merombak total instrumen yang disusun. Validitas isi dilakukan
dengan cara membuat kisi-kisi yang dikembangkan dari kajian teori, kemudian
dilakukan uji coba dengan melakukan diskusi bersama 4 orang guru ekonomi yang
ada di SMA/MA di Kabupaten Ende untuk mendapatkan masukan terutama
menyangkut kebenaran dan pemahaman terhadap isi pertanyaan maupun kata-kata
yang digunakan dalam instrumen tersebut.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dimaknai dengan
baik dan mendekati kebenaran, peneliti ini berusaha agar data-data penelitian
memenuhi kriteria keabsahan data. Dalam hal ini, keabsahan data peneliti
menggunakan kriteria kredibilitas yang dijelaskan oleh Sugiyoyno (2007: 368)
bahwa uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan data, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, tringulasi, dan diskusi dengan teman sejawat.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik deskriptif
kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing-masing
komponen yang dievaluasi kemudian dianalisis secara kuantitatf dan kualitatif.
Langkah-langkah analisis meliputi (1) menghitung skor (tertingi dan
terendah) pada masing-masing komponen; (2) menghitung rerata skor
masing-masing komponen atau mean ideal; (3) menentukan penilaian.
Dalam analisis untuk memperoleh gambaran tentang keterkaitan
jenjang pendidikan, jenis pendidikan, masa kerja, penguasaan materi pelajaran
ekonomi, dan keterpakaian media elektronik terhadap kemampuan mengajar guru
Mata Pelajaran Ekonomi yang bersangkutan, dapat dicari dengan cara menjumlahkan
skor observasi dan angket dari setiap komponen yang dibuat guru, lalu dibagi
dua, kemudian dibandingkan dengan kriteria penilaian.
Dalam penelitian ini jumlah butir observasi sebanyak 20
butir soal dengan skala 0–4, dengan rentangan skor yang diperoleh adalah 0 –
80. Kemudian skor yang dicapai oleh setiap responden diubah ke dalam skala 0 –
100 dengan rumus skor yang dicapai responden dibagikan dengan skor maksimum
dikalikan seratus. Angket yang digunakan terdiri dari Angket A sebanyak 40
butir pertanyaan sehingga rentang skor yang diperoleh adalah 0-160. Kemudian
skor yang dicapai oleh setiap responden diubah ke dalam skala 0–100 dengan
rumus skor yang dicapai responden dibagikan dengan skor maksimum dikalikan
seratus, kemudian skor ini yang dicocokkan dengan kriteria penilaian untuk
menentukan tingkat kemampuan seorang guru. Angket B sebanyak 10 pertanyaan
sehingga rentangan skor adalah 0-40 kemudian skor yang dicapai responden
dibagikan dengan skor maksimum dikalikan seratus. Sedangkat Angket C sebanyak 5
pertanyaan sehingga skor adalah 0 – 20 kemudian skor yang dicapai setiap
responden dibagi dengan skor maksimum dikalikan seratus.
Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menentukan tingkat kemampuan mengajar guru sebagai berikut :
34
- 33 =
Rendah
35
- 67 =
Sedang
68
- 100 = Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Kemampuan Mengajar Guru Mata
Pelajaran Ekonomi
Secara umum, hasil analisis tingkat
kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kelompok kemampuan tinggi 40 %
atau 6 orang, sedangkan kemampuan sedang 60 % atau 9 orang, dan tidak ada yang
berkemampuan rendah atau 0 %. Hal ini ditunjukkan dengan skor total pada
Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Tingkat Kemampuan Mengajar Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA
Kategori
|
Frekuensi
|
%
|
Tinggi
67 - 100
|
6
|
40
|
Sedang
34 - 66
|
9
|
60
|
Rendah
0 - 33
|
0
|
0
|
Hasil analisis tingkat kemampuan mengajar guru Mata
Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende yang terdiri atas 15
responden menunjukkan bahwa guru ekonomi yang berkemampuan tinggi sebagian
kecil, yaitu 6 orang atau 40 %. Ini dapat diartikan bahwa ada upaya
sekolah maupun guru untuk memenuhi semua aspek yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran tersebut. Sebaliknya, masih banyak guru yang berkemampuan
sedang, yaitu 9 orang atau 60 %. Keadaan ini berarti masih ada
sebagian besar guru Mata Pelajaran Ekonomi yang kurang mampu mempersiapkam
secara baik hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, baik berupa
perangkat pembelajaran, seperti penyusunan program pembelajaran, perangkat
penilian hasil pembelajaran, maupun persiapan materi untuk action
class (pelaksanaan pembelajaran).
2. Keterkaitan Jenjang Pendidikan dan
Tingkat Kemampuan Guru.
Tabel 2 ini merupakan kriteria penilaian guru-guru pengampu
Mata Pelajaran Ekonomi baik berpendikdikan Sarjana maupun Diploma/A.Md.
Tabel 2
Keterkaitan Jenjang Pendidikan dan Kemampuan Guru
Tingkat Kemampuan
Jenjang Pend
|
Tinggi
|
Sedang
|
Jumlah
|
S1
(%)
|
6
(42,86)
|
8
(57,14)
|
14
(100 )
|
D3
(%)
|
0
|
1
(100)
|
1
(100)
|
Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru-guru yang mengajar
Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI terdiri atas guru yang berjenjang S1 dan S0. Dari
kenyataan ini 15 responden: terdapat 14 orang (93,33 %) berjenjang S1;
dan 1 orang (6.67%) berjenjang S0. Dari 14 yang berjenjang S1; 6 orang (42,86%)
berkemampuan tinggi berarti guru tersebut dapat melaksanakan semua aspek
sebagai indikator dalam kegiatan pembelajaran; dan 8 orang (57,14%)
berkemampuan sedang berarti guru tesrsebut kurang memahami terhadap aspek-aspek
pembelajaran. Sedangkan guru yang berjenjang pendidikan S0 sebanyak 1
orang mempunyai kemampuan mengajar sedang.
3. Keterkaitan Jenis Pendidikan
dan Tingkat Kemampuan
Guru-guru pengampu Mata Pelajaran Ekonomi tidak semua
sarjana pendidikan, tetapi ada guru yang sarjana non-pendidikan, hal ini dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel
3
Keterkaitan Jenis Pendidikan dan
Kemampuan Guru
Tingkat Kemampuan
Jenis pendidikan
|
Tinggi
|
Sedang
|
Jumlah
|
Kependidikan
(%)
|
6
(54,55)
|
5
(45,45)
|
11
(100)
|
Non
Kependidikan
(%)
|
0
|
4
(100)
|
4
(100)
|
Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru-guru yang
mengajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI sebagiannya terdiri dari guru yang
sesuai dengan spesifikasi pendidikan atau sarjana pendidikan dan
non-kependidikan. Dari 15 responden, terdapat 11 orang Sarjana Pendidikan
Ekonomi (S.Pd.) dan 3 orang Sarjana Ekonomi (S.E.) non- kependidikan dan
seorang Diploma/A.Md.
Guru sebagai pelaksana pembelajaran, agar dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik diharapkan menyiapkan berbagai perangkat pembelajaran
seperti: menyusun program pembelajaran, pelaksanaaan pembelajaran, dan
penilaian hasil pembelajaran, sebab sukses tidaknya proses pembelajaran sangat
dipengarui oleh kemampuan guru yang akan menerapkan dan mengaktualisasikannya
dalam kegiatan pembelajaran.
Kemampuan mengajar guru tersebut terutama yang behubungan
dengan kegiatan pembelajaran, serta tugas-tugas yang dibebankan/dipercayakan
kepadanya, karena tidak jarang kegagalan penddidikan di sekolah
disebabkan oleh kurangnnya pemahaman guru terhadap tugas-tugas yang harus
dilaksanakannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengajar guru dalam
kegiatan pembelajaran sangat penting. Untuk itu, kemampuan mengajar guru perlu
ditingkatkan agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum kemampuan
mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat SMA/MA di Kabupaten Ende dalam
pelaksanaan pembelajaran, berada pada kriteria berkemampuan sedang 60%
walaupun ada sebagian guru (40%) berkemampuan tinggi. Guru yang berkemampuan
tinggi (40%) tersebut semuanya berijasah Sarjana Pendidikan Ekonomi, baik yang
bermasa kerja senior maupun yunior.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa faktor latar
belakang jenis pendidikan lebih banyak menentukan kualitas seorang guru
dalam mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran maupun kemampuan
pengelolaan atau action class dalam pembelajaran. Hal ini dapat
diartikan bahwa kemampuan dan pemahaman guru terhadap penyusunan program
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran
berkriteria sedang. Belum semua guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
baik, meskipun terdapat sebagian guru yang telah memahamai dan melaksanakan
proses pembelajaran dengan baik. Dari temuan penelitian ini dapat
direkomendasikan agar dalam merekrut tenaga kependidikan (guru), yang dari
sarjana non-kependidikan perlu dipertimbangkan atau ditiadakan pada masa
mendatang.
4.
Keterkaitan Masa Kerja dan Kemampuan
Mengajar Guru
Kemampuan mengajar guru tidak hanya
dipengaruhi jenjang dan jenis pendidikan, tetapi dipengaruhi oleh masa kerja.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4
Keterkaitan Masa Kerja dan Kemampuan Guru
Tingkat Kemampuan
Masa kerja/orang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Jumlah
|
1 - 10 tahun
(%)
|
2
(33,33)
|
4
(66,67)
|
6
(100)
|
11 - 20
tahun
(%)
|
1
(20)
|
4
(80)
|
5
(100)
|
21 - 30
tahun
(%)
|
3
(75)
|
1
(25)
|
4
(100)
|
Hasil analisis masa kerja guru menunjukkan bahwa guru yang
memiliki kemampuan tinggi dengan masa kerja 1-10 tahun adalah 2 orang
(33,33%), 11–20 tahun adalah 1 orang (20%) dan 21-30 tahun adalah 3 orang
(75%). Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja juga turut berpengaruh terhadap
tingkat kemampuan mengajar guru. Ini berarti pula bahwa faktor masa kerja dapat
diandalkan untuk menentukan kemampuan mengajar guru, selain faktor jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan.
Upaya yang harus dilakukan oleh sekolah maupun instansi
pendidikan terkait dalam meningkatkan kemampuan mengajar para guru mata
pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) atau
pelatihan-pelatihan dan penataran sebagai penyegaran dalam memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, terutama bagi guru-guru yang bermasa
kerja baru atau belum senior.
Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan adanya
keterbatasan fasilitas sebagai penunjang proses pembelajaran, juga guru yang
kurang adanya kemauan dan motivasi untuk maju, sumber pembelajaran atau
media kurang memadai, yang berdampak kurang terlaksananya pembelajaran dengan
baik.
- Keterkaitan Penguasaan Materi Ekonomi dengan Kemampuan Mengajar Guru
Untuk dapat mengetahui tentang penguasaan materi mata
pelajaran ekonomi yang dimiliki oleh guru Mata Pelajaran Ekonomi tingkat
SMA/MA di kabupaten Ende, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5
Keterkaitan Penguasaan Materi Ekonomi dan Kemampuan Mengajar Guru
Tingkat Kemampuan
Penguasaan Materi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Jumlah
|
Tinggi
(%)
|
9
(100)
|
0
|
9
(100)
|
Sedang
(%)
|
0
|
6
(100)
|
6
(100)
|
Hasil analisis menunjukkan bahwa guru yang penguasaan
materi ekonomi tinggi 9 orang atau 100%, sedangkan guru yang
penguasaan materi ekonomi sedang 6 orang atau 100%. Hal ini berarti penguasaan
materi ekonomi dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran karena guru yang
penguasaan materi ekonomi baik akan melaksanakan kegiatan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Sebaliknya, guru yang penguasaan materi ekonomi
kurang baik akan menghasilkan pembelajaran yang kurang baik pula.
Dari 9 orang guru yang mempunyai kemampuan menguasai materi
ekonomi tinggi dikarenakan memiliki latar belakang ijazah sarjana pendidikan
ekonomi dan kesanggupan yang ada pada diri guru itu sendiri, juga memiliki
bakat sebagai guru. Sedangkan 6 orang guru yang mempunyai kemampuan menguasai
materi ekonomi sedang dikarenakan latar belakang non-kependidikan serta
kurangnya memiliki pengalaman mengajar serta kurang memiliki mental ingin
maju dan berubah.
- Keterkaitan Keterpakaian Media Elektronik dan Kemampuan Mengajar Guru
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan media
elektronik dapat dilihat pada Tabel 6
berikut.
Tabel
6
Keterkaitan Keterpakaian Media Elektronik dan Kemampuan Mengajar Guru
Tingkat Kemampuan
Keterpaan Media
|
Tinggi
|
Sedang
|
Jumlah
|
Sedang
(%)
|
5
(100)
|
0
|
5
(100)
|
Rendah
(%)
|
0
|
10
(100)
|
10
(100)
|
Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa guru yang
mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan media elektronik, dengan
kategori sedang 5 orang atau (100%) dan rendah 10 orang atau (100%). Hal
tersebut dikarenakan sekolah tidak memiliki media elektronik (internet) di
sekolah sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Banyak guru yang belum tahu
mengoperasikan internet, juga kurang kreatif, inisiatif, dan kurangnya kemauan
dari pihak guru itu sendiri untuk maju, serta sumber belajar atau media
lainnya kurang memadai, maka proses pembelajaran kurang terlaksana dengan
baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
(1) Tingkat kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi
SMA/MA di Kabupaten Ende dari 56 guru yang diteliti berkemampuan sedang dengan
rerata skor yang diperoleh adalah 50,17.
(2) Terdapat keterkaitan antara jenjang
pendidikan dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi di Kabupaten
Ende.
(3) Terdapat keterkaitan antara jenis
pendidikan dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran Ekonomi.
(4) Tidak terdapat keterkaitan
antara masa kerja dengan kemampuan mengajar guru Mata
Pelajaran Ekonomi.
(5) Terdapat keterkaitan antara
penguasaan materi ekonomi dengan kemampuan mengajar guru Mata Pelajaran
Ekonomi.
(6) Terdapat keterkaitan antara
keterpakaian media elektronik dengan kemampuan mengjar guru Mata Pelajaran
Ekonomi.
DAFTAR PUSAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan
Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Abdul Aziz Wahab. 2007. Metode
dan Model-Model Mengajar. Badung: Alfabeta.
Azhar Arsyad. 2006. Media
Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2005. Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
Moh. Uzer Usman. 2008. Menjadi
Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru
Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2008. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oemar
Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi.
2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Persada
Media Group.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidiknan
Masa Depan. Yogyakarta: Biograf Publishing. * posted by Jurnal Online Uniflor @ 19.42,
0 Comments:
Posting Komentar