Site Network: Lembaga Publikasi Uniflor |

 



Majalah Ilmiah INDIKATOR, Volume XIII, Nomor 2, September 2011


ETIKA DAN MORAL MAHASISWA
DALAM BERMASYARAKAT

Oleh Nong Hoban
Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores,
Jln. Sam Ratulangi, Ende, Flores, Telepon 081339678162

Abstrak
Etika dan moral mahasiswa menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam bertutur kata, bersikap, bertindak, dan berbusana para mahasiswa dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dalam menjalin relasi sosial dengan masyarakat lingkungan sehingga tercipta keharmonisan. Etika berhubungan dengan hal-hal yang etis,  sopan santun, sedangkan moral berhubungan dengan perilaku yang luhur dalam bersikap dan bertindak yang lebih menonjolkan nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Memang etika dan moral gampang diucapkan, namun tidak semua orang bisa melaksanakan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat pada era globalisasi sekarang ini. Dunia dihantui dengan tawaran yang menggembirakan karena majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tawaran global ini sempat mempengaruhi pula etika dan moral mahasiswa. 
Kata Kunci
            Etika, moral, globalisasi, moral mahasiwa, masyarakat.
  
PENDAHULUAN
Etika berhubungan dengan hal-hal yang etis,  sopan santun, sedangkan moral berhubungan dengan perilaku yang luhur dalam bersikap dan bertindak yang lebih menonjolkan nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Admadi A. dan Setyaningsih (2000: 50) mengatakan globalisasi mengisyaratkan adanya dunia ”tanpa tapal batas” (borderless world). Pernyataan ini menggambarkan bahwa globalisasi pada satu sisi kita salut sebagai bagian kemajuan peradaban  umat manusia, namun pada sisi lain kita dituntut untuk lebih arif memilih yang terbaik dari berbagai  tawaran menggiurkan globalisasi.
Etika dan moral mahasiswa dalam perkembangannya dewasa ini mendapat sorotan banyak kalangan sehubungan dengan keberadaan mahasiswa di tengah masyarakat. Mahasiswa di mata masyarakat ditempatkan dalam posisi sebagai kaum terpelajar atau kaum terdidik yang lebih bernuansa etis yang menunjukkan tingkah laku rasional atau bermoral. Kaum terpelajar dengan penekanan lebih pada kepintaran, namun pada sisi yang lain mahasiswa juga dituntut sebagai agen moral dalam hidup bermasyarakat. Pernyataan ini menuntut mahasiswa untuk berperilaku yang baik dalam seluruh dimensi kehidupannya.
Berbagai kalangan menggambarkan kecemasan pesimistik akan globalisasi  akan menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara. Miclewait (Sunaryo, 2001:1) memandang bahwa globalisasi akan dituduh sebagai perusak dan penghancur nation state, perusak kekuatan pemerintahan untuk mengatur kebijakan  dan melindungi warganya dan nilai-nilai budaya yang tinggi.
Media massa,  baik media cetak maupun elektronik, yang merupakan agen globalisasi sering dikambinghitamkan sebagai penyebab munculnya perilaku negatif  generasi muda  karena berbagai informasi yang mereka sampaikan  berserta nilai-nilai baru yang menyertainya, seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai lama  yang dianut masyarakat kita, termasuk masyarakat di Flores, NTT. Generasi muda dalam usia yang masih labil, sangat mudah terpengaruh oleh faktor-faktor di luar dirinya. 
Menyadari bahwa Pulau Flores terdiri dari berbagai etnis di mana setiap etnis mempunyai agama, budaya yang berbeda,  namun  hidup berdampingan. Di samping budaya yang beranekaragam juga tidak sedikit masalah sosial yang dialami oleh  masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu mengadaptasi dan arif memberikan solusi yang terbaik berbagai lapisan masyarakat di manapun mahasiswa berada, terutama pada waktu pelaksanaan KKN atau PKL, atau kegiatan pengabdian masyarakat  yang lain.

ETIKA DAN MORAL MAHASISWA
Sikap ramah, etis, dan bermoral dalam seluruh dimensi kehidupannya sebagai landasan dan kekuatan dalam bersikap kritis terhadap fenomena yang dihadapi. Dengan demikian, dimensi kehidupan mahasiswa perlu ditata dan diberi bentuk, diberi manfaat yang jelas, sehingga mahasiswa mewujudkan eksistensi dirinya dalam cipta, rasa, dan karsa yang luhur.
 Berkenaan dengan pemikiran ini, Konrad Widner mengatakan bahwa proses pendidikan hendaknya lambat-laun membangun sebuah personalitas dalam diri si anak didik. Dengan ini mahasiswa hendaknya melihat setiap pelatihan internal dan eksternal akademik sebagai momentum bagi seluruh proses pembangunan personalitas (kepribadian) mahasiswa yang berkualitas  (Tagores, 1995:122). Jadi, pendidikan dan pelatihan adalah sebuah suasana untuk membangun pribadi yang integral, utuh, dan holistik dalam diri seorang mahasiswa. Mahasiswa harus mampu mengungkapkan dirinya (self realitation) lewat berbagai cara yang diharapkan sesuai dengan norma etis yang berlaku.
Moral mahasiswa menjadi penting dalam dimensi kehidupan sebagai landasan atau pedoman dasar bertingkah laku dalam masyarakat. Dalam Majalah Vox (1987:104) dijelaskan dengan baik bahwa moral memegang peran dalam dimensi kehidupan manusia, karena apalah artinya sebuah kepandaian kalau tidak bermoral. Pengetahuan dan keterampilan serta semua gagasan yang bagus dan cemerlang akhirnya tidak mempunyai arti apa-apa kalau tidak berdasarkan moralitas yang kokoh. Dimensi moralitas yang demikian penting ini harus diperhatikan para mahasiswa sebagai warga kampus.
Moral mahasiswa berkaitan dengan kekhasan perbuatan mahasiswa yang              didasarkan atas pertimbangan budi dan keluhuran kehendak. Sikap kritis dan berani menjalankan kritik dan mengeritik diri-sendiri serta sanggup menyampaikan usul dan saran yang konstruktif. Untuk itu, mahasiswa juga perlu mendalami pendidikan nilai untuk membentengi diri terhadap godaan-godaan globalisasi.
Djiwandono dalam  Sindhunata (2000:110) mengatakan bahwa pendidikan nilai ditujukan kepada penanaman nilai-nilai untuk menangkis pengaruh-pengaruh negatif globalisasi. Kepada generasi muda  ditanamkan nilai-nilai  kesederhanaan dan cinta kasih kepada sesama. Kita juga menanamkan pemahaman dan penghayatan nilai keadilan, karena adanya kecenderungan sifat egoisme, kurang kasih sayang, dan kurang peduli terhadap orang lain. Akan tetapi, dalam kenyataan, penanaman nilai-nilai luhur tadi banyak menghadapi tantangan.
Menyikapi persoalan yang dihadapi mahasiswa dalam dinamika kemahasiswaan,  Amijaya (dalam Majalah Vox,  1980) menegaskan citra cendikiawan yang secara ideal mempunyai sikap kritis dan ilmiah  Oleh sebab itu, mahasiswa dilatih dan melatih diri menjadi cedekiawan sebagai persiapan untuk masa depan sekaligus menjawabi tuntutan modernisasi pada era globalisasi sekarang ini. Harapan ini menjadi impian bersama dalam realitas cendekiawan muda.
Cendekiawan muda sebagai obor masyarakat mempunyai semangat juang dan berbudi luhur. Harapan ini dalam konteks Indonesia dirumuskan oleh Tisna Amijaya sebagai: ”Manusia yang berjiwa Pancasila, mempunyai sikap ilmiah  dan memiliki sikap profesional, dedikasi yang tinggi, ketahanan nasional dan sanggup memimpin” (1983: 8).
Predikat mahasiswa Universitas Flores sebagai ”duta” Universitas Flores dan pengemban pembangunan, terpanggil untuk berperan aktif secara bertanggung jawab dalam pembangunan daerah, bangsa, dan negara. Kipra mahasiswa dibutuhkan menjawabi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebagai duta, mahasiswa Universitas Flores dipundaknya diberikan amanat untuk melaksanakan misi Universitas Flores. Saya yakin dan percaya kampus sudah memberikan yang terbaik untuk mahasiswanya.
Efendi (2002:189) mengatakan kampus diharapkan dapat melahirkan generasi yang memiliki kemampuan dan ketahanan moral untuk menghadapi kompetisi global yang memajukan peradaban bangsa dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia,  menegakkan etika dan moral berdasarkan ajaran agamanya.
Sentuhan-sentuhan ini merupakan sebuah bentuk penyadaran yang harus direfleksikan sebelum mahasiswa terjun dalam sebuah realitas hidup bermasyarakat yang penuh dinamika di tengah arus globalisasi yang menantang kita untuk hidup lebih baik dari hari kemarin.

KESIMPULAN
Mahasiswa sebagai obor masyarakat dan pemimpin bangsa semestinya memiliki kematangan pribadi seperti kemampuan berpikir kritis, disiplin, tanggung jawab, mampu berdialog, menjalin kerjasama, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana ia hidup. Etika dan moral mahasiswa yang baik sebagai alat kontrol untuk bertindak. Kata orang bijak, pintar saja tidak cukup, tetapi harus diimbangi dengan etika dan moral baik.  

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi A. dan Setyaningsih. 2000. Transformasi Pendidikan Demokratisasi,     Otonomi, Civil Society Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Budiman, Arif. 1980. Peran Mahasiswa Sebagai Inteligensia. Jakarta: Gramedia.
Efendi Muhadjir. 2002. Masyarakat Equilibrium. Jakarta: Bentang Budaya.
Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi.  Civil Society Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Sunaryo Adisusilo, J. 2000. Rekonstruksi Pendidikan Moral dalam Memperkokoh Integritas Bangsa. Yogyakarta: FIP UNY.
Majalah Vox. 1980. Maumere: Ledalero. *

posted by Jurnal Online Uniflor @ 11.56,

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home