Majalah Ilmiah INDIKATOR, Volume XIII, Nomor 2, September 2011
Kamis, 26 April 2012
ETIKA DAN MORAL MAHASISWA
DALAM BERMASYARAKAT
Oleh
Nong Hoban
Program
Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores,
Jln.
Sam Ratulangi, Ende, Flores, Telepon 081339678162
Abstrak
Etika dan moral mahasiswa menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam bertutur kata, bersikap, bertindak,
dan berbusana para mahasiswa dalam kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dalam menjalin relasi sosial
dengan masyarakat lingkungan sehingga tercipta keharmonisan. Etika berhubungan
dengan hal-hal yang etis, sopan santun,
sedangkan moral berhubungan dengan perilaku yang luhur dalam bersikap dan
bertindak yang lebih menonjolkan nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku
dalam masyarakat. Memang etika dan moral gampang diucapkan, namun tidak semua
orang bisa melaksanakan dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat pada era
globalisasi sekarang ini. Dunia dihantui dengan tawaran yang menggembirakan
karena majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tawaran global ini sempat
mempengaruhi pula etika dan moral mahasiswa.
Kata
Kunci
Etika,
moral, globalisasi, moral mahasiwa, masyarakat.
PENDAHULUAN
Etika
berhubungan dengan hal-hal yang etis,
sopan santun, sedangkan moral berhubungan dengan perilaku yang luhur
dalam bersikap dan bertindak yang lebih menonjolkan nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Admadi
A. dan Setyaningsih (2000: 50) mengatakan globalisasi mengisyaratkan adanya
dunia ”tanpa tapal batas” (borderless
world). Pernyataan ini menggambarkan bahwa globalisasi pada satu sisi kita
salut sebagai bagian kemajuan peradaban
umat manusia, namun pada sisi lain kita dituntut untuk lebih arif
memilih yang terbaik dari berbagai
tawaran menggiurkan globalisasi.
Etika
dan moral mahasiswa dalam perkembangannya dewasa ini mendapat sorotan banyak
kalangan sehubungan dengan keberadaan mahasiswa di tengah masyarakat. Mahasiswa
di mata masyarakat ditempatkan dalam posisi sebagai kaum terpelajar atau kaum
terdidik yang lebih bernuansa etis yang menunjukkan tingkah laku rasional atau
bermoral. Kaum terpelajar dengan penekanan lebih pada kepintaran, namun pada
sisi yang lain mahasiswa juga dituntut sebagai agen moral dalam hidup
bermasyarakat. Pernyataan ini menuntut mahasiswa untuk berperilaku yang baik
dalam seluruh dimensi kehidupannya.
Berbagai
kalangan menggambarkan kecemasan pesimistik akan globalisasi akan menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa
dan negara. Miclewait (Sunaryo, 2001:1) memandang bahwa globalisasi akan
dituduh sebagai perusak dan penghancur nation
state, perusak kekuatan pemerintahan untuk mengatur kebijakan dan melindungi warganya dan nilai-nilai
budaya yang tinggi.
Media
massa, baik media cetak maupun
elektronik, yang merupakan agen globalisasi sering dikambinghitamkan sebagai
penyebab munculnya perilaku negatif
generasi muda karena berbagai
informasi yang mereka sampaikan berserta
nilai-nilai baru yang menyertainya, seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai
lama yang dianut masyarakat kita,
termasuk masyarakat di Flores, NTT. Generasi muda dalam usia yang masih labil,
sangat mudah terpengaruh oleh faktor-faktor di luar dirinya.
Menyadari
bahwa Pulau Flores terdiri dari berbagai etnis di mana setiap etnis mempunyai
agama, budaya yang berbeda, namun hidup berdampingan. Di samping budaya yang
beranekaragam juga tidak sedikit masalah sosial yang dialami oleh masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu
mengadaptasi dan arif memberikan solusi yang terbaik berbagai lapisan
masyarakat di manapun mahasiswa berada, terutama pada waktu pelaksanaan KKN
atau PKL, atau kegiatan pengabdian masyarakat
yang lain.
ETIKA DAN MORAL MAHASISWA
Sikap ramah, etis, dan bermoral dalam seluruh dimensi
kehidupannya sebagai landasan dan kekuatan dalam bersikap kritis terhadap
fenomena yang dihadapi. Dengan demikian, dimensi kehidupan mahasiswa perlu
ditata dan diberi bentuk, diberi manfaat yang jelas, sehingga mahasiswa
mewujudkan eksistensi dirinya dalam cipta, rasa, dan karsa yang luhur.
Berkenaan dengan
pemikiran ini, Konrad Widner mengatakan bahwa proses pendidikan hendaknya
lambat-laun membangun sebuah personalitas dalam diri si anak didik. Dengan ini
mahasiswa hendaknya melihat setiap pelatihan internal dan eksternal akademik
sebagai momentum bagi seluruh proses pembangunan personalitas (kepribadian)
mahasiswa yang berkualitas (Tagores,
1995:122). Jadi, pendidikan dan pelatihan adalah sebuah suasana untuk membangun
pribadi yang integral, utuh, dan holistik dalam diri seorang mahasiswa.
Mahasiswa harus mampu mengungkapkan dirinya
(self realitation) lewat berbagai cara yang diharapkan sesuai dengan norma
etis yang berlaku.
Moral mahasiswa menjadi penting dalam dimensi kehidupan
sebagai landasan atau pedoman dasar bertingkah laku dalam masyarakat. Dalam Majalah Vox (1987:104) dijelaskan dengan
baik bahwa moral memegang peran dalam dimensi kehidupan manusia, karena apalah
artinya sebuah kepandaian kalau tidak bermoral. Pengetahuan dan keterampilan
serta semua gagasan yang bagus dan cemerlang akhirnya tidak mempunyai arti
apa-apa kalau tidak berdasarkan moralitas yang kokoh. Dimensi moralitas yang
demikian penting ini harus diperhatikan para mahasiswa sebagai warga kampus.
Moral mahasiswa berkaitan dengan kekhasan perbuatan
mahasiswa yang didasarkan
atas pertimbangan budi dan keluhuran kehendak. Sikap kritis dan berani
menjalankan kritik dan mengeritik diri-sendiri serta sanggup menyampaikan usul
dan saran yang konstruktif. Untuk itu, mahasiswa juga perlu mendalami
pendidikan nilai untuk membentengi diri terhadap godaan-godaan globalisasi.
Djiwandono dalam
Sindhunata (2000:110) mengatakan bahwa pendidikan nilai ditujukan kepada
penanaman nilai-nilai untuk menangkis pengaruh-pengaruh negatif globalisasi.
Kepada generasi muda ditanamkan
nilai-nilai kesederhanaan dan cinta kasih
kepada sesama. Kita juga menanamkan pemahaman dan penghayatan nilai keadilan,
karena adanya kecenderungan sifat egoisme, kurang kasih sayang, dan kurang
peduli terhadap orang lain. Akan tetapi, dalam kenyataan, penanaman nilai-nilai
luhur tadi banyak menghadapi tantangan.
Menyikapi persoalan yang dihadapi mahasiswa dalam dinamika
kemahasiswaan, Amijaya (dalam Majalah Vox, 1980) menegaskan
citra cendikiawan yang secara ideal mempunyai sikap kritis dan ilmiah Oleh sebab itu, mahasiswa dilatih dan melatih
diri menjadi cedekiawan sebagai persiapan untuk masa depan sekaligus menjawabi
tuntutan modernisasi pada era globalisasi sekarang ini. Harapan ini menjadi
impian bersama dalam realitas cendekiawan muda.
Cendekiawan muda sebagai obor masyarakat mempunyai
semangat juang dan berbudi luhur. Harapan ini dalam konteks Indonesia dirumuskan
oleh Tisna Amijaya sebagai: ”Manusia yang berjiwa Pancasila, mempunyai sikap
ilmiah dan memiliki sikap profesional,
dedikasi yang tinggi, ketahanan nasional dan sanggup memimpin” (1983: 8).
Predikat mahasiswa Universitas Flores sebagai ”duta”
Universitas Flores dan pengemban pembangunan, terpanggil untuk berperan aktif
secara bertanggung jawab dalam pembangunan daerah, bangsa, dan negara. Kipra
mahasiswa dibutuhkan menjawabi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sebagai
duta, mahasiswa Universitas Flores dipundaknya diberikan amanat untuk
melaksanakan misi Universitas Flores. Saya yakin dan percaya kampus sudah
memberikan yang terbaik untuk mahasiswanya.
Efendi (2002:189) mengatakan kampus diharapkan dapat
melahirkan generasi yang memiliki kemampuan dan ketahanan moral untuk
menghadapi kompetisi global yang memajukan peradaban bangsa dengan menjunjung
tinggi hak-hak azasi manusia, menegakkan
etika dan moral berdasarkan ajaran agamanya.
Sentuhan-sentuhan ini merupakan sebuah bentuk penyadaran
yang harus direfleksikan sebelum mahasiswa terjun dalam sebuah realitas hidup
bermasyarakat yang penuh dinamika di tengah arus globalisasi yang menantang
kita untuk hidup lebih baik dari hari kemarin.
KESIMPULAN
Mahasiswa sebagai obor masyarakat dan pemimpin bangsa
semestinya memiliki kematangan pribadi seperti kemampuan berpikir kritis,
disiplin, tanggung jawab, mampu berdialog, menjalin kerjasama, serta mampu
beradaptasi dengan lingkungan dimana ia hidup. Etika dan moral mahasiswa yang
baik sebagai alat kontrol untuk bertindak. Kata orang bijak, pintar saja tidak
cukup, tetapi harus diimbangi dengan etika dan moral baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmadi A.
dan Setyaningsih. 2000. Transformasi
Pendidikan Demokratisasi, Otonomi,
Civil Society Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Budiman,
Arif. 1980. Peran Mahasiswa Sebagai
Inteligensia. Jakarta: Gramedia.
Efendi
Muhadjir. 2002. Masyarakat Equilibrium.
Jakarta: Bentang Budaya.
Sindhunata.
2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan
Demokratisasi, Otonomi. Civil Society
Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius.
Sunaryo
Adisusilo, J. 2000. Rekonstruksi
Pendidikan Moral dalam Memperkokoh Integritas Bangsa. Yogyakarta: FIP UNY.
Majalah Vox.
1980. Maumere: Ledalero. *
posted by Jurnal Online Uniflor @ 11.56,
0 Comments:
Posting Komentar